Sabtu, 20 November 2010

Memaafkan Itu Menyehatkan



Oleh : M. Iqbal Irham, M.Ag

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The Archives of General Psychiatry menyebutkan bahwa orang yang mempunyai perasaan depresi, marah dan rasa permusuhan yang tinggi akan meningkatkan resiko serangan jantung. Demikian juga dengan kondisi panik yang dapat mempercepat terjadinya serangan stroke. Menurut Dr. Jordan Smoller, peneliti dari Rumah Sakit Umum Massachussets, Boston, kepanikan ini termasuk dalam daftar gangguan emosional dan gejala psikiatri yang memiliki hubungan erat dengan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular dan kematian. Seseorang yang mengalami kecemasan yang berlebihan akan menyebabkan jantungnya berdetak lebih kencang dan nafas tersengal-sengal, naik turun secara tidak beraturan juga beresiko tinggi mengalami stroke.
Dalam kondisi marah, terjadi pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah. Pada saat marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar dan menyebabkan menaiknya tekanan darah pada pembuluh nadi. Oleh karena itu, hal ini akan memperbesar kemungkinan terkena serangan penyakit jantung. Menurut Vibhuti N Singh MD. MPH. FACC. FSCAI, Direktur Divisi Penyakit Kardiovaskular Sekolah Kedokteran Universitas Florida Selatan, serangan jantung ini biasanya lebih rentan terjadi dan ditandai dengan rasa sakit atau tidak nyaman pada bagian dada, mulut, bahu, lengan atau punggung.

Adapun orang-orang yang memiliki sifat pemaaf, mereka mempunyai rem yang kuat untuk menekan tingkat kemarahan itu bahkan sampai pada titik terendah sekalipun sehingga jantungnya akan berdetak secara normal, tekanan darah baik dan nafasnya sangat teratur.
Memberi maaf berarti membebaskan diri dari rasa kebencian dan amarah yang bersarang di dalam hati. Sikap memaafkan seperti inilah yang disebut dengan kemaafan yang tulus, tanpa embel-embel. Sikap ini muncul dari landasan yang kokoh dalam iman yang kuat kepada Tuhan dan diawali dengan sebuah pemahaman yang utuh tentang kehidupan itu sendiri. Hidup adalah sebuah perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rintangan dan ujian adalah bagian yang tak terpisahkan dalam perjuangan. Oleh karenanya, perilaku yang tidak menyenangkan dari orang lain, sekecil apapun, adalah bagian dari ujian itu sendiri. Mereka yang memiliki kemaafan yang tulus, akan mendapatkan pelajaran berharga dari berbagai kesalahan yang diperbuat oleh orang lain, sambil tetap menunjukkan kelapangan dada dan sikap pengasih dan penyayang, mengikuti sifat-sifat Tuhan. Lebih dari itu mereka juga akan mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah.

Saat memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan yang besar dan kesalahan yang kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi mereka tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah dan berjalan sesuai takdir tertentu Karena itu mereka tetap berserah diri kepada-Nya sembari melewati peristiwa tersebut tanpa dibelenggu oleh kemarahan.
Menurut penelitian terakhir para ilmuan Amerika, mereka yang mampu memaafkan terbukti lebih sehat baik jiwa maupun raga. Mereka yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan menjadi jauh lebih berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti hati mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik tidak hanya batiniah namun juga jasmaniah. Gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stres (tekanan jiwa), susah tidur dan sakit perut berkurang secara drastis pada orang-orang ini.
Dr. Frederic Luskin dalam bukunya ‘Forgive for Good’, menjelaskan bahwa sifat pemaaf merupakan resep yang telah terbukti manjur bagi kesehatan dan kebahagiaan manusia. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa keadaan  normal itu. Hal ini akan menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Tubuh Anda akan ‘terbakar’ dan menjadikannya sulit berpikir jernih sehingga memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul ‘Forgiveness’ yang diterbitkan oleh Healing Current Magazine edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau terhadap suatu peristiwa telah menimbulkan suatu emosi negatif pada diri seseorang. Emosi negatif ini berpotensi kuat untuk merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani seseorang. Mereka yang menyadari bahwa kemarahan ternyata telah mengganggu hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat secara luas, kemudian berupaya memperbaiki kerusakan hubungan ini dengan cara meredam emosi negatif yang tak terkendali dengan baik. Mereka mengambil langkah-langkah untuk dapat memberikan kemaafan. Pada gilirannya, mereka kemudian tersadarkan bahwa mereka tidak ingin menghabiskan waktu-waktu yang sangat berharga dari kehidupan mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri serta orang lain.
Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, akan terasa membahagiakan. Ini merupakan suatu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin. Telah dibuktikan secara ilmiah, dan telah disebutkan bahwa memaafkan adalah salah satu dari sekian banyak sumber kearifan yang dikandungnya.
Semoga kita menjadi orang-orang yang sehat lahir dan batin serta menjadi pribadi yang arif dengan sifat melapangkan dada selebar-selebarnya untuk memberikan kemaafan pada siapapun.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar