Rabu, 15 Desember 2010

Hadis dan Citra Nabi Muhammad di dalam Pandangan Orientalis

 Kajian Orientalis serta Pandangan Orientalis mengenai Hadis Nabi 

        Seorang Orientalis Yahudi kelahiran Hungaria adalah Ignaz Goldziher yang sempat “nyantri” di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir selama kurang lebih setahun (1873-1874). Setelah kembali ke Eropa, oleh rekan-rekannya ia dinobatkan sebagai orientalis yang paling mengerti tentang Islam, meskipun tulisan-tulisannya mengenai Islam sangat negatif dan distortif, mengelirukan dan menyesatkan.

        Pendapat Goldziher mengenai hadis “dari sekian banyak hadis yang ada, sebagian besarnya atau keseluruhan hadis tidak dapat dijamin keasliannya alias palsu dan, karena itu, tidak dapat dijadikan sumber informasi mengenai sejarah awal Islam” dan menurut Goldziher ”hadis lebih merupakan refleksi interaksi dan konflik pelbagai aliran dan kecenderungan yang muncul kemudian di kalangan masyarakat Muslim pada periode kematangannya, ketimbang sebagai dokumen sejarah awal perkembangan Islam. Ini berarti, menurutnya, hadis adalah produk buatan masyarakat Islam beberapa abad setelah Nabi Muhammad SAW wafat, bukan berasal dan tidak asli dari beliau.”.
Goldziher dalam bukunya al-Aqidah was-Syari’ah fil-Islam (Aqidah dan Syariah dalam Islam) juga berkomentar sebagai berikut :
“Islam berkembang di tangan para pengikutnya melalui cara-cara yang tidak dikenal oleh Muhammad di masa hidupnya. Adapun cara yang mereka tempuh itu ialah menyebarluaskan hadis buatan ulama dan ahli-ahli fiqh yang ingin menjadikan islam sebagai Agama yang multi dimensi, komrehensif, dan mencakup segala aspek kehidupan.”
“Ajaran-ajaran al-Quran disempurnakan dan dijabarkan oleh himpunan hadis yang mutawatir. Meskipun hadis-hadis ini tidak datang dari Nabi, namun dianggap sebagai asas Islam”.
“Banyak kalimat atau perkataan atau kata-kata mutiara yang diambil dari kitab Perjanjian Lama dan Baru, khutbah para pendeta, ajaran filsafat Yunani, kata-kata mutiara orang Persi dan dari India yang semua itu mempunyai kedudukan yang sangat baik dalam syari’at Islam melalui jalan yang disebut hadis.”
“Sesungguhnya Rasulullah sendiri merasa kebingungan untuk menetapkan suatu hukum mengenai problema yang terjadi di lingkungan masyarakatnya, apakah hal itu bileh dilakukan atau tidak, sehingga Allah menurunkan wahyu menerangkan tentang dihapus atau tidaknya hukum tersebut.”
“Sebenarnya hukum yang ditetapkan di dalam al-Quran sedikit jumlahnya, dan tidak mungkin hukum-hukumnya meliputi semua aspek kehidupan, misalnya al-Quran menyatakan bahwa perbuatan syirik adalah dosa terbesar yang pelakunya tidak akan diampuni oleh Allah (jika ia tidak bertaubat). Syirik ini hanya terdapat dalam bidang aqidah semata-mata, tetapi kemudian hadis Nabi memperluas ruang lingkup syirik ini, tidak hanya dalam bidang aqidah, melainkan mencakup sejarah bidang ibadah, juga maslah riya yang tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid. Namun oleh Nabi dianggapnya sebagai perbuatan syrik.”
Pandangan Goldziher tentang hadis Nabi ini diperkuat oleh Schot (seorang orientalis Jerman) dengan perkataannya, “hadis-hadis itu itu sebenarnya hanyalah aturan-aturan yang dibuat-buat untuk menegakkan mazhab fikh. Maksudnya, bahwa mazhab-mazhab fikh itu ada terlebih dahulu, baru kemudian mereka datangkan hadis-hadis untuk menguatkannya.” “sebenarnya, menurut Schot : kitab-kitab hadis itu belum di dapati manusia kecuali sesudah masa Imam Syafi’i. Ketika Imam Syfi’i menganggap hadis itu sebagai salah satu pokok Agama, maka para pemalsu hadis berebutan untuk membuat hadis-hadis palsu guna memperkuat madzhab mereka masing-masing dan untuk membatalkan mazdhab mereka masing-masing dan untuk mebatalkan madzhab yang bertentangan dengan madzhabnya. 

         Adapun seperti Spanger, Well, Dauzy, Meyer, Schot, dan Hamilton Gibb tentang hadis Nabi yang terkesan mencela adalah sebagai berikut :
“Apa yang dikatakan hadis Nabi itu kebanyakan bikinan orang semata-mata”. (Spranger).
”Sebagian dari hadis yang termuat dalam kitab Shahih Bukhari tidak ada asalnya dan tidak dapat dipercaya.”(Meyer, Well, Dauzy).
”Sanad hadis Nabi hanya buatan belaka”. Yosef Schot, Well, Dauzy, Meyer, dan Hamilton Gibb.
Menurut Hamilton Gibb seorang antek imperialis yang sangat keras memusuhi Islam mengatakan sebagai berikut :
”Sesungguhnya bangunan pemikiran keagamaan dalam Islam, sebagian besar mengacu pada pemikiran orang-orang jahiliyah tentang kepercayaan mereka terhadap perkara-perkara gaib, dan semua itu diambil oleh Muhammad, kemudian dirubahnya mana yang mungkin dapat dirubah, dan yang tidak dapat dirubah diabiarkannya sebagaiman adanya. Setelah itu dipergunakanlah untuk menghiasi tata aturan Agama Islam serta untuk menegakkan aqidah dan pemikiran keagamaan jika hal itu dipandang sesuai. Ketika Muhammad hendak meyebarkan Agamanya kepada bangsa-bangsa di luar bangsa Arab, maka dimasukkan unsur-unsur tata aturan jahiliyah itu ke dalam kandungan al-Quran.
         Sedangkan hadis-hadis Nabi, merupakan kekuatan yang ampuh untuk menegakkan agama Islam pada kurun pertama, padaha kebanyakan hadis-hadis itu diambil oleh Muhammad dari ajaran agama kristen dan budha.” (Hamilthon Gibb dalam bukunya Bunyatul Fikrid-dini fil Islam (Bangunan Pemikiran Keagamaan dalam Islam).
Selain Spanger, Well, Dauzy, Meyer, Schot, dan Hamilton Gibb, para orientalis seperti William Muir, David Samuel Margoliouth, Henri Lammens (misionaris Belgia) dan Leone Caetani (misionaris Italia), Josef Horovitz Alfred Guillaume, juga turut memberikan komentarnya tentang hadis Nabi yaitu : .
a.  Alois Sprenger, yang pertama kali mempersoalkan status hadis dalam Islam. Dalam pendahuluan bukunya mengenai riwayat hidup dan ajaran Nabi Muhammad SAW, misionaris asal Jerman yang pernah tinggal lama di India ini mengklaim bahwa ”hadis merupakan kumpulan anekdot” (cerita-cerita bohong tapi menarik).
b. William Muir, orientalis asal Inggris yang mengkaji biografi Nabi Muhammad SAW dan sejarah perkembangan Islam. Menurutnya, “dalam literatur hadis, nama Nabi Muhammad SAW sengaja dicatat untuk menutupi bermacam-macam kebohongan dan keganjilan (“…the name of Mahomet was abused to support all possible lies and absurdities”). Oleh sebab itu, menurutnya dari empat ratus hadis yang dianggap shahih oleh Imam Bukhārī, paling tidak separuhnya harus ditolak.
c. David Samuel Margoliouth, meragukan otentisitas hadis,pertama karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa hadis telah dicatat sejak zaman Nabi SAW, dan kedua karena lemahnya ingatan para perawinya.
d. Henri Lammens (misionaris Belgia) dan Leone Caetani (misionaris Italia) “menganggap isnād muncul jauh setelah matan hadis ada dan merupakan fenomena internal dalam sejarah perkembangan Islam”.
e. Josef Horovitz berspekulasi bahwa “sistem periwayatan hadits secara berantai (isnad) baru diperkenalkan dan diterapkan pada akhir abad pertama Hijriah. Selanjutnya orientalis Jerman berdarah Yahudi ini mengatakan bahwa besar kemungkinan praktek isnād berasal dari dan dipengaruhi oleh tradisi oral sebagaimana dikenal dalam literatur Yahudi: “Esliegt nahe, in diese Gleichstellung den Einfluss der jüdischen Theorie zuvermuten, um so mehr als sich im Hadīt selbst Reminiszenzen an die Stellungerhalten haben, welche das Judenthum der mundlichen Lehre zuerkennt.”
f. Alfred Guillaume. Dalam bukunya mengenai sejarah hadis, mantan guru besar Universitas Oxford ini mengklaim bahwa “sangat sulit untuk mempercayai literature hadits secara keseluruhannya sebagai rekaman otentik dari semua perkataan dan perbuatan Nabi SAW”. Karena gugatan orientalis terhadap hadits pada awalnya mempersoalkan ketiadaan data historis dan bukti tercatat (documentary evidence) yang dapat memastikan otentisitas hadits, maka sejumlah pakar pun melakukan penelitian intensif perihal sejarah literatur hadits guna mematahkan argumen orientalis yang mengatakan bahwa hadits baru dicatat pada abad kedua dan ketiga Hijriah.

Citra Nabi Muhammad dalam pandangan Orientalis



Tuduhan Terhadap Kerasulan Muhammad 

         Di dalam bukunya , al-Aqidah wasy-Syari’ah fil Islam” (Aqidah dan Syariat dalam Islam)Goldziher mengatakan :
a. Rasul adalah seorang pembimbing, bukan sebagai contoh dan teladan yang baik.
b. Pada dirinya terdapat banyak kelemahan dan cacat sebagai mana layaknya manusia, dengan alasan ia tidak mendakwahkan dirinya sebagai orang suci
c. Pada ajarannya terdapat dongeng yang menyesatkan. Muhammad mengabarkan Tuhan turun dari langit untuk menyertainya dalam peperangan.
Hal tersebut yang disampaikan Goldziher, dengan beberapa tuduhannya. Dalam kitabnya al-Madazahib al-Islamiyah Fi Tafsir al-Quran, ia menunjukkan bahwa ia telah lama melakukan studi terhadap al-Quran dan mazhab-mazhab yang bermacam-macam dalam menafsirkan al-Quran , dari segi bahasa, makna dan istilah-istilah syari’ah .
Goldziher mengemukakan beberapa ayat yang ditujukan untuk Rasulullah

45. Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,
46. dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.
         Kedua ayat ini ditafsirkan oleh Goldziher bahwa Rasulullah saw, hanyalah seorang pembimbing, bukan sebagai contoh dan teladan yang luhur. Rasul dianggap sebagai panutan (teladan) yang baik, hanya karena rasul punya kelebihan banyak berzikir kepada Allah . sebagaimana disebutkan dalam surah al-Azhab : 21 “Sesungguhnya Muhammad menyandang kelemahan sebagaimana manusia lainnya, dan dia menghendaki agar segenap kaum Mu’min memndangnya sebagai seorang manusia yang mempunyai banyak cacat sebagaimana orang lain. Karena dia tidak pernah merasa bahwa dia orang suci, di samping itu dia juga tidak ingin dianggap orang suci.

         Disatu sisi tiada henti-hentinya para Orientalis menghujat Rasulullah dengan berbagai hinaan tapi disisi lain dengan alasan yang jelas orang-orang non-Muslim di Barat mengagumi sosok Baginda tercinta, yaitu sebagai berikut :

I. W. Montgomery Watt, MOHAMMAD AT MECCA, Oxford, 1953, p. 52.

         Kesiapannya menempuh tantangan atas keyakinannya, ketinggian moral para pengikutnya, serta pencapaiannya yang luar biasa “ semuanya menunjukkan integritasnya. Mengira Muhammad sebagai seorang penipu hanyalah memberikan masalah dan bukan jawaban. Lebih dari itu, tiada figur hebat yang digambarkan begitu buruk di Barat selain Muhammad

II. Annie Besant, THE LIFE AND TEACHINGS OF MUHAMMAD, Madras, 1932, p. 4.

"Sangat mustahil bagi seseorang yang memperlajari karakter Nabi Bangsa Arab, yang mengetahui bagaimana ajarannya dan bagaimana hidupnya untuk merasakan selain hormat terhadap beliau, salah satu utusan-Nya. Dan meskipun dalam semua yang saya gambarkan banyak hal-hal yang terasa biasa, namun setiap kali saya membaca ulang kisah-kisahnya, setiap kali pula saya mersakan kekaguman dan penghormatan kepada sang Guru Bangsa Arab tersebut."

III. THOMAS CARLYLE in his HEROES AND HEROWORSHIP

         Betapa menakjubkan seorang manusia sendirian dapat mengubah suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden (Baduy) menjadi sebuah bangsa yang paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang dari dua decade."Kebohongan yang dipropagandakan kaum Barat yang diselimutkan kepada orang ini (Muhammad) hanyalah mempermalukan diri kita sendiri.
IV. James A. Michener, "Islam: The Misunderstood Religion," in READER'S DIGEST (American edition), May 1955, pp. 68-70.

     Muhammad, seorang inspirator yang mendirikan Islam, dilahirkan pada tahun 570 masehi dalam masyarakat Arab penyembah berhala. Yatim semenjak kecil dia secara khusus memberikan perhatian kepada fakir miskin, yatim piatu dan janda, serta hamba sahaya dan kaum lemah. Di usia 20 tahun, dia sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses, dan menjadi pengelola bisnis seorang janda kaya. Ketika mencapai usia 25, sang majikan melamarnya. Meski usia perempuan tersebut 15 tahun lebih tua Muhammad menikahinya dan tetap setia kepadanya sepanjang hayat sang istri.

       Seperti halnya para nabi lain, Muhammad memulai tugas kenabiannya dengan sembunyi-sembunyi dan ragu-ragu karena menyadari kelemahannya. Tapi adalah perintah yang diperolehnya, -dan meskipun sampai saat ini diyakini bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis “ dan keluarlah dari mulutnya satu kalimat yang akan segera mengubah dunia: Tiada tuhan selain Tuhan. "Dalam setiap hal, Muhammad adalah seorang yang mengedepankan akal. Ketika putranya, Ibrahim, meninggal disertai gerhana dan menimbulkan anggapan ummatnya bahwa hal tersebut adalah wujud rasa belasungkawa Tuhan kepadanya, Muhammad berkata:Gerhana adalah sebuah kejadian alam biasa, adalah suatu kebodohan mengkaitkannya dengan kematian atau kelahiran seorang manusia. "Sesaat setelah ia meninggal, sebagian pengikutnya hendak memujanya sebagaimana Tuhan dipuja, akan tetapi penerus kepemimpinannya (Abu Bakar-pen.) menepis keingingan ummatnya itu dengan salah satu pidato relijius terindah sepanjang masa: ˜Jika ada diatara kalian yang menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwa ia telah meninggal. Tapi jika Tuhan-lah yang hendak kalian sembah, ketahuilah bahwa Ia hidup selamanya. (Ayat terkait: Q.S. Al Imran, 144)

Tidak ada tambahan dalam agama Islam 

Didalam bukunya “al-Aqidah wasy-Syari’ah fil Islam” (Aqidah dan Syariat dalam Islam Goldziher juga menyatakan sebagai berikut :
a. Islam dengan aqidah dan hukum-hukumya bermula dari Nabi Muhammad pada abad pertama Hijriah. Sesudah itu datanglah ahli-ahli, di antara mereka ada yang baik dan ada yang culas, lalu mereka masukkan berabagai tambahan ke dalam agama Islam, sehingga berwujud seperti sekarang ini. Alam fikiran Islami telah mengimpor tambahan-tambahan dari berbagai peradaban dan kebudayaan yang dijumpai.
b. Bukan Muhammad yang membawa agama Islam ini. Agama Islam datangnya bukan dari Allah dan bukan pula dari Muhammad sendiri. Sebagian besar pokok-pokok cabaang-cabang ajaran Islam diambil dari agama bangsa lain, yaitu bangsa India, Persia, dan Rumawi, kemudian dicampur dengan hasil pemkiran dan rekannya sendiri, lalu ia memproklamirkan dirinya sebagai pembawa risalah dan nubuwah yang datang untuk memperbaiki keadaan bangsa Arab yang menyembah berhala.
c. Missi atau risalah yang disampaikan oleh Nabi berkebangsaan Arab adalah himpunan pengetahuan dan pemikiran ke agamaan yang diketahui dan disadapnya berkat hubungannya, karena ia sangat terkesan olehnya dipandang sangat cocok untuk membangkitkan rasa keagamaan kaumnya, bangsa Arab.
d. Muhammad menerima ajaran ketuhanan dari Tasri’ atau perundang-undangan agamanya dari para dukun dan para pendeta.

       Demikianlah agama Islam dengan segala akidah dan syariahnya menurut pandangan Goldziher dan teman-temannya dari komplotan orientalis. Islam hanyalah merupakan formulasi dari berbagai fikiran, pendapat, kebudayaan, dan peradaban orang-orang terdahulu, yaitu orang Hindu, Persia, Rumawi, Yahudi, Nasrhani, para tukang tenun dan para Pendeta. Menurutnya :
1. Tidak ada sesuatu yang baru lagi dalam Islam, Islam hanya sekedar jiplakan dan nukilan yang diformulasikan.
2. Muhammad bukannya Nabi dan bukan pula rasul, Muhammad hanyalah seorang penjiplak dan seorang plagiator.
Goldziher bahkan menuduh Rasulullah seperti yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah, mengumandangkan da’wahnya. Waktu itu mereka mengatakan

6. mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila

4. dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus