Minggu, 09 Januari 2011

Pendidikan Pada Masa Rasulullah SAW.

Sejarah pendidikan Islam erat kaitannya dengan sejarah Islam, karena proses pendidikan Islam sejatinya telah berlangsung sepanjang sejarah Islam, dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam itu sendiri. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam bisa meneladani model-model pendidikan Islam di masa lalu, sejak periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama-ulama sesudahnya. Alih-alih sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas, sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah berkembang lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, diantaranya adalah masjid.
Allah SWT berfirman :

"Allah akan mengangkat (kedudukan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Almujadilah :11)

Pada suatu hari Rasul Allah Muhammad SAW naik ke atas mimbar dan bertanya, "Bagaimanakah keadaannya jika ada kelompok masyarakat yang tidak mau mendidik dan mengajarkan ilmu kepada tetangganya, mereka tidak mau saling menasihati, tidak mau mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan dan mencegahnya dari kejahatan? Bagaimanakah keadaannya jika suatu kelompok masyarakat tidak mau belajar dari masyarakat disekitarnya, tidak mau menerima nasehat atau anjuran dari tetangga?
Kemudian Rasulullah bersabda lagi:
"Demi Allah hendaklah kamu sekalian menjadi masyarakat yang selalu mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan pada masyarakat disekitarnya, menjadi penganjur kebaikan, mengajak orang lain untuk berbuat baik dan mencegah mereka dari perbuatan munkar.Dan hendaklah kamu sekalian menjadi kelompok masyarakat yang selalu belajar dari pengetahuan masyarakat yang lain, menerima nasehat dan anjuran yang baik dari mereka.Jika hal demikian tidak kamu laksanakan maka akan datang kepadamu masa kehancuran yang sangat cepat.( H. R. Thabrani).

Demikian amanat tersebut disampaikan Rasulullah kepada ummatnya, agar ummat Islam memperhatikan masalah pendidikan. Awal terjadinya pendidikan Islam adalah semenjak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di kota Makkah. Beliau adalah guru yang pertama dan beliau adalah pendidik teladan dalam sejarah pendidikan ummat sehingga seandainya dunia modern saat ini dipimpin seorang seperti nabi Muhammad, maka dunia ini akan berhasil memecahkan permasalahannya yang sangat diperlukan bagi perdamaian dan kebahagiaan manusia.

Masyarakat Makkah pada waktu Rasulullah dilahirkan dikenal dengan masyarakat jahiliyah atau juga disebut zaman jahiliyah. Dalam sejarah Islam kita baca bahwa Rasulullah pada waktu pertama kali berdakwah membentuk kelompok pengajian, mula-mula disebuah bukit diluar kota Mekah, kemudian berpindah ke rumah Al Arqam bin abi Arqam. Pengikut pengajian tersebut menjadi manusia teladan yang terkenal dengan nama Assabikunal Awwalun (orang yang mula-mula menyambut seruan Rasul). Sebelum abad II H. di seluruh pelosok territorial Islam telah berdiri sekolah (kuttab) tempat mengajar anak-anak dan madrasah tempat belajar orang dewasa. Disamping itu mesjid-mesjid juga berfungsi sebagai pusat pendidikan ummat dan perpustakaan penuh dengan buku dari seluruh cabang ilmu pengetahuan.

1. Pendidikan Perorangan Yang Dilakukan Secara Rahasia.

Setelah Rasulullah menerima wahyu pertama (96:1-5), beliau masih belum bergerak,hatinya masih bimbang dan ragu akan apa yang telah beliau terima itu. Kepada istrinyalah beliau mengadukan persoalannya itu hingga kemudian Khadizah membawanya kepada Waraqah Ibnu Naufal untuk memperoleh keterangan tentang persoalan Nabi tersebut. Waraqah adalah seorang nasrani,dandia telah menulis injil.dengan pengetahuannya itu waraqah menjelaskan bahwa yang datang itu adalah Namus (malaikat Jibril) yang pernah diutus Allah pada Nabi Musa. setelah mendapatkan keterangan itu hati Nabi menjadi tenang.

Sikap Nabi yang bimbang dan ragu tentang kebenaran itu dipandang dari segi filsafat adalah wajar, bukan hal yang wajar. Keraguan adalah jalan menuju kebenaran yang pasti. Hal serupa jelas telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS seperti termaktub dalam Al qur’an :

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata : ”Ya Tuhanku,perlihatan kepadaku bagaimana engkau menghidupkan orang yang telah mati.
”Allah berfirman : ”Apakah kamu belum percaya? ”Ibrahim menjawab : ” Saya telah percaya,akan tetapi akan bertyambah tetap hati saya ”.(QS Al baqarah:260)

Beberapa lama kemudian turunlah wahyu ke dua dimana Allah berfirman:


“Hai orang yang berselimu, Bangun dan beri ingatlah Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Jauhilah perbuatan dosa. Janganlah engkau memberi karena hendak mendapat balasan banyak. Hendaklah engkau bersabar karena tuhanmu.”(QS Al Muddatstsir:1-7)

Ayat inilah mula-mula memerintah Rasulullah menyeru kepada agama Allah. Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti mendidik. Usaha beliau menyampaikan perintah Allah itu tidak sembarangan akan tetapi diperhitungkan benar-benar siapa yang akan menjadi sasaran seruannya itu. Abu Bakar sebagai bangsa quraisy sangat melekat dan tertarik akan pribadi Muhammad sejak lama. Dengan kebijaksanaan dan kepribadian yang dimiliki Abu Bakar, eruan Nabi itupun disampaikannya pula kepada orang-orang quraisy dan berhasil dengan baik.

Pendidikan yang pertama dilakukan oleh Nabi pada saat ini adalah merupakan pembentukan pribadi muslim yang dibina untuk menjadi kader-kader muslim yang bersemangat, memiliki jiwa dan mental yang kuat serta tangguh dari segala cobaan. Proses pendidikan ini merupakan proses yang sangat penting dalam sejarah islam. Prof. Dr. A. Syalabi mengatakan : ” Dia adalah satu tujuan yang nyata diantara tujuan-tujuan yang telah dilaksanakan oleh Islam, bahkan yang telah dilaksanakan dengan segera, ialah merubah seorang arab menjad seorang muslim, tetapi lebih dalam dari itu. Yaitu : Islam telah berhasil merubah seorang arab secara keseluruhannya, hingga seolah-olah Islam menciptakan orang itu sebagai makhluk yang baru.”

Cara yang dipakai oleh Rasulullah dalam memberikan pendidikan dan pelajaran kepada para sahabatnya itu dengan ceramah, menyampaikan wahuyu yang baru di terimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya, berdialok dan berdiskusi atau tanya jawab tentang sesuatu yang bersangkutan dengan aqidah ataupun tentang muamalah dan ibadah. Kurikulumnya adalah Al-qur’an, karena itu dalam prakteknya tidak saja logis dan rasional, tapi juga secara fitrah dan pragmatis,-
sehubunagan dengan Al-qur’an itu sendiri diturunkan secara berangsur-angsur menurut kebutuhan yang diperlukan kaum Muslimin pada saat itu.
Hasil dari cara demikian itu dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya yang dipancarkan kedalam sikap hidup yang bermental dan semangat yang tangguh,tabah dan sabar tapi aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam perkembangan sejarah selanjutnya ternyata mereka ini merupakan kader inti muballigh dan pendidik pewaris Nabi SAW yang brillian dan militant dalm menghadapi segala tantangan dan cobaan yang dihadapi.

2. Menyeru dan Mengajak Bani Abdul Muthalib ke dalam Islam.

Setiap langkah dan kegiatan Nabi dalam menyeru dan mengajak umat manusia kepada Islam adalah sesuai dan menurut rencana dari Tuhan. Setelah turun wahyu:


“Dan beri ingatlah kepada kerabat kerabat-kerabatmu, dan rendahkanlah hatimu terhadap orang-orang pengikutmu, yaitu orang-orang yang beriman. ” (QS Al syu’ara : 214-215).

Seruan dan ajakan Nabi ini disambut dan dibenarkan dengan baik oleh sebagian mereka dan sebagian lagi menentangnya.Tahap ini adalah tahap permulaan secara terang-terangan.

3. Seruan dan ajakan umum.

Setelah ajaran dan seruan yang disampaikan kepada bani abdul muthalib tidak memperoleh hasil seperti ynag diharapkan, maka Nabi pun beserta para sahabatnya meningkatkan kegiatan usahanya beiau telah mulai operasi dakwah terbuka, siapa saja diseur kepada Islam. Seruan beliau itu tidak lagi terbatas kepada orang-orang makkah atau quraisy tetapi secara universal terutama pada kesempatan musim haji.

Setiap musim haji, Rasulullah mengunjungi kemah-kemah jama’ah guna untuk menyeru mereka kepada ajaran Islam. Dengan Islamnya mereka itu sinar kemajuan Islam mulai memancarkan harapannya. Peristiwa ini merupakan titik balik misi Nabi Muhammad SAW. Kini beliau mempunyai tumpuan harapan yang cerah dari ummatnya yang telah memiliki kesiapan mental untuk menerima dan menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam di negerinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar